
Djembe
atau jenbe/jyembe/jembe/jimbay/jimbe/sanbanyi merupakan warisan budaya yang
berasal dari daerah Afrika. Asal usul djembe berasal dari kerajaan Mali sekitar
abad 12. Dari semua alat musik pukul Afrika yang paling terkenal adalah djembe
dan mengilhami pembuatan drum di seluruh dunia. Asal mula ejaan “jembe” berasan
dari huruf “dj” yang merupakan simbol untuk mengingat bahwa bangsa Afrika dulu
pernah dijajah oleh Perancis.
Kata djembe berasal dari kata “dyembe” yang merupakan kata dari suku Mali.
Menurut bangsa Mali djembe berasal dari kata “Anke dje” yang artinya semua
orang berkumpul bersama-sama. Karena orang perancis terbiasa dengan menggunakan
huruf J, maka lebih sering menggunakan kata djembe. Konon huruf J ini sebagai
symbol untuk mengingat sakitnya dijajah oleh Perancis.
Djembe merupakan sebuah kayu yang berbentuk gelas dan ditutup oleh kulit yang
diikat dengan tali untuk mengencangkannya. Pada jaman dahulu djembe digunakan
sebagai alat komunikasi antara desa satu dengan desa yang lainnya. Mengingat
pada masa itu jarak antara desa satu dengan yang lainnya sangat jauh. Pada
perkembangannya jimbe digunakan untuk perlengkapan upacara-upacara tradisional
masyarakat Afrika.
Menurut kepercayaan orang Afrika terdapat 3 kekuatan roh di dalamnya. Yang
pertama adalah roh dari kayu atau pohon yang menggambarkan kekuatan,
ketegasan, penopang dan pelindung. Yang kedua adalah roh dari hewan atau kulit
yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dan yang terakhir adalah
pembuat djembe itu sendiri yang menggambarkan semangat dari pembuatnya.
Ada kesepakatan umum bahwa asal mula djembe dikaitkandengan kasta Mandinka dari
pandai besi, yang dikenal sebagai Numu. Penyebaran luas dari drum djembe
seluruh Afrika Baratmungkin karena migrasi Numu selama milenium pertama Masehi.
Meskipun asosiasi dari djembe dengan Numu itu, tidak ada pembatasan keturunan
pada siapa yang dapat menjadi djembefola(harfiah, “satu yang memainkan djembe
”). Hal ini berbeda dengan instrumen yang penggunaannya dicadangkan untuk
anggota kastagriot, seperti balafon, kora, dan Ngoni (djembe bukanlahinstrumen
griot.) Siapapun yang bermain djembe. Adalahdjembefola-istilah tidak berarti
tingkat tertentu keterampilan.
Secara geografis, distribusi tradisional djembe dikaitkan dengan Kekaisaran
Mali, yang tanggal kembali ke 1230 AD dantermasuk bagian dari modern negara
Guinea, Mali, Burkina Faso,Pantai Gading, dan Senegal. Namun, karena kurangnya
catatan tertulis di negara-negara Afrika Barat, tidak jelas apakah
djembemendahului atau lewat bulan Kekaisaran Mali. Tampaknya mungkin bahwa
sejarah djembe mencapai kembali untuk setidaknyabeberapa abad, dan mungkin
lebih dari satu milenium.
Berbentuk
seperti sebuah gelas piala, Djembe terbuat dari kayu dan secara khas dilapisi
dengan kulit kambing. Orang Bamana dari Mali, Afrika Barat menamakannya
berdasarkan ucapan “Anke dje, anke be”, yang secara kesusastraan berarti“Setiap
orang berkumpul bersama” dan mendefinisikan tujuan dari drum.
Bentuk
dari Djembe “diukir” oleh berang-berang Afrika yang secara khusus dilatih untuk
hanya mengonsumsi bagian tengah dari kayu pohon keras. Umumnya alat musik
Djembe diproduksi di Guinea, Senegal, Mali dan Cote d’Ivoire. Sebuah
djembe memiliki bagian dalam yang kasar dengan rentetan lubang, yang membuat
perbedaan untuk kualitas penggunaan gaya suara. Ia dimainkan dengan tangan
kosong menggunakan beragam pukulan telapak tangan. Nada utamanya adalah bass
(nada rendah), tone (nada tengah), dan slap (nada tinggi).
Salah
satu yang unik dari jimbe adalah dalam pola-pola ritme permainannya, ada yang
konstan, ada yang ditabuh hingga bergemuruh, berbunyi tajam, bahkan dapat
berbunyi sangat treble dan gaduh yang seolah-olah dapat membangkitkan energi
spiritual dari ritual-ritual primitif masa lalu.
Menurut
salah seorang penelti alat musik, jimbe adalah hasil kreasi orang di Sierra
Leone, Afrika. Cikal bakal jimbe adalah Sangba dan memang benar dari tempat
alat musik ini berasal ternyata penyebarannya tidak menyeluruh di benua Afrika.
Ada banyak nama untuk alat musik berjenis seperti ini, di antaranya sangba,
yimbei, jimberu, bata, tapoi dan lainnya. Masing-masing dari alat musik ini
dimainkan oleh kelompok-kelompok, orang-orang ataupun suku-suku yang berbeda
pula. Di
daerah Mali misalnya, jimbe dipergunakan hanya pada malam hari untuk berbagai
perayaan, misalnya menyambut bulan purnama, datangnya musim semi, musim panas,
musim panen, musim dingin, perkawinan, pembaptisan dan lain sebagainya.
Pola-pola
ritme dalam memainkannya pun memiliki nama-nama tersendiri. Antara lain :
Djagbe, Yangkadi-Makru, Marakadon, Mendjani, Moribayasa, Kasa, Garangedon.
Selain di Mali alat musik perkusi sejenis jimbe juga ditemukan di Senegal, Guinee,
Gambia, Ivory Coast dan wilayah lain khususnya di Afrika Barat. Dan mereka yang
membudayakan di namakan Kasta Griot yaitu kasta penjaga kebudayaan musik yang
utama, selain kasta pandai besi.
Konon
nama djembe diambil dari pohon djem yang banyak ditemukan di Mali, Afrika.
Pohon Djem adalah merupakan bahan dasar untuk membuat Djembe, setelah pohon
ditebang batang pohon tersebut dibentuk menyerupai piala, lantas dilubangi, dan
diukir sedemikian rupa. Konon menebang pohonnya pun dibarengi dengan ritual khusus
dan tentunya menggunakan kayu dari pohon djem pilihan. Membran sebagai sumber
bunyinya bisa menggunakan kulit kambing, kerbau ataupun antelop. Teknik
merenggangkannya pun khusus, setelah melalui proses pengeringan yang cukup
membran atau kulit tersebut diikatkan kencang dengan tali di selingkar badan
kayunya. Di Amerika, Belgia, Jerman, Perancis dan di beberapa negara lainnya
terdapat sekolah djembe, yang mendatangkan guru-guru langsung dari negara
asalnya. Semoga Indonesia sudah ada sekolah jimbe, di karenakan aktifitas
“djembe fola” telah menyebar di pelosok negeri ini.