SEWA GRUP PERKUSI JAKARTA

Minggu, 23 September 2018



Rumah Musik Jakarta entertainment menerima tawaran jasa sewa grup perkusi untuk event yang akan anda selenggarakan. Berikut ini tawaran jasa yang kami tawarkan kepada anda :

 

-      Splash Percussion

-      Drumlight Percussion

-      LED Mobile Percussion

-      Female Percussion

-      Ladies Percussion

-      Flying Percussion

-      Light Percussion

-      Modern Percussion

-      Etnik Percussion

-      Mobile Percussion

-      Marching Percussion

-      Interaktif Percussion

-      Perkusi Interaktif

-      Perkusi Dol

-      Papua Percussion

-      Djembe Percussion

-      Jimbe Percussion

-      Rampak Kendang Percussion

-      Recycle Percussion

-      Stomp Percussion

-      Taiko Percussion

-      Rampak Bedug Percussion

-      Dol Percussion

-      Kids Percussion

-      Parade Percussion

-      Drumline Percussion

-      Korean Percussion

-      Japanese Percussion

-      Supporter Percussion

-      Samba Percussion

-      Indonesian Etnik Percussion

-      Etc

 

Kami menerima tawaran event untuk wilayah JABODEBATEK ataupun luar kota. Dengan mengusung motto professional dan expert, kami siap menjadi partner event anda. Jika berminat, bisa menghubungi kami di 082114015124 (WA/Telegram/Tlp) atau via email : rumahmusik.djakarta@gmail.com

APA ITU PERKUSI JIMBE?

Selasa, 28 November 2017






Djembe atau jenbe/jyembe/jembe/jimbay/jimbe/sanbanyi merupakan warisan budaya yang berasal dari daerah Afrika. Asal usul djembe berasal dari kerajaan Mali sekitar abad 12. Dari semua alat musik pukul Afrika yang paling terkenal adalah djembe dan mengilhami pembuatan drum di seluruh dunia. Asal mula ejaan “jembe” berasan dari huruf “dj” yang merupakan simbol untuk mengingat bahwa bangsa Afrika dulu pernah dijajah oleh Perancis.


Kata djembe berasal dari kata “dyembe” yang merupakan kata dari suku Mali. Menurut bangsa Mali djembe berasal dari kata “Anke dje” yang artinya semua orang berkumpul bersama-sama. Karena orang perancis terbiasa dengan menggunakan huruf J, maka lebih sering menggunakan kata djembe. Konon huruf J ini sebagai symbol untuk mengingat sakitnya dijajah oleh Perancis.



Djembe merupakan sebuah kayu yang berbentuk gelas dan ditutup oleh kulit yang diikat dengan tali untuk mengencangkannya. Pada jaman dahulu djembe digunakan sebagai alat komunikasi antara desa satu dengan desa yang lainnya. Mengingat pada masa itu jarak antara desa satu dengan yang lainnya sangat jauh. Pada perkembangannya jimbe digunakan untuk perlengkapan upacara-upacara tradisional masyarakat Afrika.



Menurut kepercayaan orang Afrika terdapat 3 kekuatan roh di dalamnya. Yang pertama  adalah roh dari kayu atau pohon yang menggambarkan kekuatan, ketegasan, penopang dan pelindung. Yang kedua adalah roh dari hewan atau kulit yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dan yang terakhir adalah pembuat djembe itu sendiri yang menggambarkan semangat dari pembuatnya.



Ada kesepakatan umum bahwa asal mula djembe dikaitkandengan kasta Mandinka dari pandai besi, yang dikenal sebagai Numu. Penyebaran luas dari drum djembe seluruh Afrika Baratmungkin karena migrasi Numu selama milenium pertama Masehi.



Meskipun asosiasi dari djembe dengan Numu itu, tidak ada pembatasan keturunan pada siapa yang dapat menjadi djembefola(harfiah, “satu yang memainkan djembe ”). Hal ini berbeda dengan instrumen yang penggunaannya dicadangkan untuk anggota kastagriot, seperti balafon, kora, dan Ngoni (djembe bukanlahinstrumen griot.) Siapapun yang bermain djembe. Adalahdjembefola-istilah tidak berarti tingkat tertentu keterampilan.



Secara geografis, distribusi tradisional djembe dikaitkan dengan Kekaisaran Mali, yang tanggal kembali ke 1230 AD dantermasuk bagian dari modern negara Guinea, Mali, Burkina Faso,Pantai Gading, dan Senegal. Namun, karena kurangnya catatan tertulis di negara-negara Afrika Barat, tidak jelas apakah djembemendahului atau lewat bulan Kekaisaran Mali. Tampaknya mungkin bahwa sejarah djembe mencapai kembali untuk setidaknyabeberapa abad, dan mungkin lebih dari satu milenium.





Berbentuk seperti sebuah gelas piala, Djembe terbuat dari kayu dan secara khas dilapisi dengan kulit kambing. Orang Bamana dari Mali, Afrika Barat menamakannya berdasarkan ucapan “Anke dje, anke be”, yang secara kesusastraan berarti“Setiap orang berkumpul bersama” dan mendefinisikan tujuan dari drum.

Bentuk dari Djembe “diukir” oleh berang-berang Afrika yang secara khusus dilatih untuk hanya mengonsumsi bagian tengah dari kayu pohon keras. Umumnya alat musik Djembe diproduksi di Guinea, Senegal, Mali dan Cote d’Ivoire. Sebuah djembe memiliki bagian dalam yang kasar dengan rentetan lubang, yang membuat perbedaan untuk kualitas penggunaan gaya suara. Ia dimainkan dengan tangan kosong menggunakan beragam pukulan telapak tangan. Nada utamanya adalah bass (nada rendah), tone (nada tengah), dan slap (nada tinggi).

Salah satu yang unik dari jimbe adalah dalam pola-pola ritme permainannya, ada yang konstan, ada yang ditabuh hingga bergemuruh, berbunyi tajam, bahkan dapat berbunyi sangat treble dan gaduh yang seolah-olah dapat membangkitkan energi spiritual dari ritual-ritual primitif masa lalu.
Menurut salah seorang penelti alat musik, jimbe adalah hasil kreasi orang di Sierra Leone, Afrika. Cikal bakal jimbe adalah Sangba dan memang benar dari tempat alat musik ini berasal ternyata penyebarannya tidak menyeluruh di benua Afrika. Ada banyak nama untuk alat musik berjenis seperti ini, di antaranya sangba, yimbei, jimberu, bata, tapoi dan lainnya. Masing-masing dari alat musik ini dimainkan oleh kelompok-kelompok, orang-orang ataupun suku-suku yang berbeda pula. Di daerah Mali misalnya, jimbe dipergunakan hanya pada malam hari untuk berbagai perayaan, misalnya menyambut bulan purnama, datangnya musim semi, musim panas, musim panen, musim dingin, perkawinan, pembaptisan dan lain sebagainya.

Pola-pola ritme dalam memainkannya pun memiliki nama-nama tersendiri. Antara lain : Djagbe, Yangkadi-Makru, Marakadon, Mendjani, Moribayasa, Kasa, Garangedon. Selain di Mali alat musik perkusi sejenis jimbe juga ditemukan di Senegal, Guinee, Gambia, Ivory Coast dan wilayah lain khususnya di Afrika Barat. Dan mereka yang membudayakan di namakan Kasta Griot yaitu kasta penjaga kebudayaan musik yang utama, selain kasta pandai besi.


Konon nama djembe diambil dari pohon djem yang banyak ditemukan di Mali, Afrika. Pohon Djem adalah merupakan bahan dasar untuk membuat Djembe, setelah pohon ditebang batang pohon tersebut dibentuk menyerupai piala, lantas dilubangi, dan diukir sedemikian rupa. Konon menebang pohonnya pun dibarengi dengan ritual khusus dan tentunya menggunakan  kayu dari pohon djem pilihan. Membran sebagai sumber bunyinya bisa menggunakan kulit kambing, kerbau ataupun antelop. Teknik merenggangkannya pun khusus, setelah melalui proses pengeringan yang cukup membran atau kulit tersebut diikatkan kencang dengan tali di selingkar badan kayunya. Di Amerika, Belgia, Jerman, Perancis dan di beberapa negara lainnya terdapat sekolah djembe, yang mendatangkan guru-guru langsung dari negara asalnya. Semoga Indonesia sudah ada sekolah jimbe,  di karenakan aktifitas “djembe fola” telah menyebar di pelosok negeri ini.

Luasnya Dunia Musik dan Studi Interdisiplinernya (bag 1)

Kamis, 12 Oktober 2017

     
  Musik seringkali dipandang sebelah mata oleh tidak sedikit orang. Vanessa Tunggal mengungkapkan dalam tulisannya betapa belajar musik tidak mudah dan luas, terlebih dalam jenjang pendidikan tinggi. Belajar musik tidak hanya sekedar genjreng-genjreng saja karena memang sulit. Mungkin kemudian bertanya sebenarnya seberapa besarkan studi musik kalau memang tidak sesederhana itu, memang bidangnya seberapa besar. Tulisan berikut kita akan mencoba melihat sesungguhnya seberapa besar bidang musik yang seringkali dipandang sebelah mata itu.

Dalam tulisan ini, mari kita perlahan menggarap sedikit demi sedikit ke dalam bidang musik dan studi interdisipliner yang diembannya.
Sebagai bidang superset, saya menggambarkan bidang musik sebagai studi luas yang melingkupi bidang ini secara luas. Namun seringkali bidang yang berwarna merah yakni praktis pertunjukan menjadi primadona dan akhirnya mengesampingkan yang lain. Karena itu, mari kita berangkat dari lingkaran merah itu dan sedikit melihat, seberapa banyak bidang lain yang bisa kita kejar dalam waktu yang singkat ini:

  1. Praktis Pertunjukan
    Bidang ini adalah bidang yang paling sering diagung-agungkan sebagai lingkup utama dalam musik. Sayangnya kepercayaan ini kemudian juga mengarah pada pemakzulan bidang yang lain. Studi Praktis Pertunjukan adalah studi yang berkenaan dengan kemampuan umum dalam musik yakni memainkan musik dan bernyanyi. Praktis pertunjukan ini kemudian juga didukung dengan kemampuan turunannya yang berkisar di antara kemampuan mendengarkan. Dunia pertunjukan praktis lebih berfokus pada bagaimana memainkan musik. Ini bidang yang paling umum dipelajari, namun dapat dikatakan sebagai studi yang paling mendasar.
  2. Psikologi Musik
    Bidang ini adalah bidang interdisipliner yang menghubungkan musik dengan studi kejiwaan manusia. Bidang ini menjadi salah satu bidang yang menarik terutama karena secara sadar kita menyadari bahwa musik memiliki efek yang besar dalam bagaimana manusia melihat lingkungannya dan bereaksi dengan sekitarnya. Musik secara empiris diteliti dan dibedah satu demi satu untuk dilihat peranannya dalam membentuk dan mempengaruhi pola pikir manusia. Dalam studi ini dibedah bagaimana irama, nada, dan kekayaan musik dari berbagai negara mampu mempengaruhi bagaimana manusia bertindak dan bahkan memiliki efek yang menyembuhkan. Terapi musik adalah salah satu cabang terapan dari bidang psikologi musik ini.
  3. Politik dan Kebijakan Publik
    Suka atau tidak suka, musik yang diperdengarkan ke masyarakat umum kemudian bersentuhan dengan masyarakat dan kekuasaan yang ada di sekitar masyarakat tersebut. Musik kemudian digunakan sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan politik dan mendukung kebijakan publik. Seberapa jauh efek kita mengingat musik ‘Pemilihan Umum’ di radio pagi mampu mengubah persepsi masyarakat dan jadi bagian rekayasa sosial ataupun lagu-lagu kebangsaan yang mampu mengobarkan semangat nasionalis dan berbagai agenda khusus lain, seperti membentuk orkestra atau mengundang orkes dangdut untuk mencapai tujuan politik tertentu dan mempengaruhi persepsi publik akan suatu perusahaan atau calon legislatif? Ini yang dipelajari.
  4. Komposisi
    Bisa memainkan musik tidak berarti bisa menulis musik. Bidang kreatif menulis musik adalah sebuah bidang sendiri yang digarap dan dilatih dalam studi musik. Seorang pemain tidak serta merta memiliki kapabilitas menulis musik yang indah. Melihat bidang ini sejalan dengan melihat seorang yang mampu mendeklamasikan tulisan dengan baik, tidak serta merta mampu menulis cerita dengan cara yang sama menariknya. Juga sebagaimana seorang aktor tidak tentu mampu menjadi seorang penulis naskah yang ulung. Studi komposisi ini secara mendalam berkaitan dengan banyak bidang lainnya dan terlibat secara aktif dalam proses kreatif dan melihat berbagai kemungkinan yang ada. Komponis yang baik bukan saja mengerti teknik menulis yang baku, tapi juga mengerti bagaimana melihat perkembangan di sekitar untuk menjadi inspirasi.
  5. Historiografi Musik
    Bidang ini menyelami berbagai media dan peninggalan sejarah dan keilmuan sejarah dalam musik. Musik memiliki aspek sejarah yang terus berkembang, dan selama ada manusia ada artefak-artefak sejarah yang bisa ditemukan dan diteliti untuk mempelajari musik. Historiografi musik berawal dari mempelajari naskah-naskah musik peninggalan para komponis, menganalisa artefak tersebut dan melihat garapan sejarahnya, tapi juga kemudian beralih pada media lain seperti rekam dan studi kesejarahan lain. Bidang ini seperti banyak bidang sejarah lain kemudian meluas dan bukan hanya belajar sejarah secara khusus tapi juga bidang-bidang sosial lain. Bidang ini adalah cikal-bakal ilmu musikologi yang kita kenal. Menurut kabar musikolog Aditya Setiadi, bidang ini perlahan sudah dianggap obosolet dan dalam studi dan riset terkini sudah mulai ditinggalkan para musikolog.
  6. Etnomusikologi
    Setelah belajar musikologi yang sejak sekitar 70 tahun lalu banyak berpusat pada musik Barat, banyak para musikolog kemudian melihat bahwa banyak musik-musik lain di luar tradisi Eropa Barat yang menarik dan patut untuk dipelajari. Tujuan awalnya adalah untuk melestarikan musik-musik rakyat yang perlahan digerus zaman, namun studi ini perlahan menjadi lebih bergairah dibanding banyak bidang musikologi konvensional dikarenakan banyak musik di dunia yang dapat diteliti dan digarap. Studi musik rakyat dan musik etnik masuk dalam bidang ini. Musisi Barat pada masa itu belajar musik selain musik tradisi Barat, belajar instrumennya dan melihat konteksnya. Bidang ini kemudian bersinggungan dengan studi antropologi dan bahkan melebur di dalamnya.
  7. Pendidikan musik
    Bidang ini berkenaan dengan studi ilmu keguruan dalam musik. Mengajarkan musik tentunya berbeda denan mengajarkan fisika dan matematik. Tetapi dengan semakin banyaknya jalur pendidikan yang melihat bahwa pendidikan seni termasuk musik penting untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, diperlukan pengembangan teknik pengajaran yang baku dan sesuai dengan daya kembang anak di bidang musik. Pendidikan musik kemudian juga membedah teknik-teknik pembelajaran musik yang dialami siswa dan metode-metode terbaik, baik dalam bentuk studi perorangan maupun studi kelompok. Mereka yang terlahir dari bidang ini adalah calon-calon guru yang bukan hanya memahami musik tetapi juga mengerti proses tumbuh kembang dan teknik pembelajaran.
Sumber :